Perubahan iklim makin mempengaruhi dunia. Kali ini terjadi di Korea Selatan (Korsel).
Korsel kini menjadi korban perubahan iklim. Di antaranya terlihat dari kimchi dan daun pisang.
Para ilmuwan, petani, dan produsen kimchi di Korsel kini mengeluhkan kualitas dan kuantitas kubis napa yang menurun karena meningkatnya suhu. Kubis napa tumbuh subur di iklim yang lebih dingin, dan biasanya ditanam di daerah pegunungan di mana suhu selama musim panas yang penting untuk tumbuh jarang naik di atas 25 derajat Celsius.
Penelitian menunjukkan bahwa cuaca yang lebih hangat akibat perubahan iklim kini mengancam tanaman ini sedemikian rupa. Korsel bahkan mungkin tidak dapat menanam kubis napa suatu hari nanti karena meningkatnya suhu.
“Kami berharap prediksi ini tidak menjadi kenyataan,” kata ahli patologi tanaman dan ahli virus Lee Young-gyu, dikutip Reuters, Selasa (3/9/2024).
“Kubis suka tumbuh di iklim dingin dan beradaptasi dengan rentang suhu yang sangat sempit,” kata Lee.
“Suhu optimal adalah antara 18 dan 21 Celsius.”
Di ladang dan di dapur, baik komersial maupun rumah tangga- petani dan pembuat kimchi juga sudah merasakan perubahannya. Menjelaskan dampak suhu yang lebih tinggi pada sayuran, Lee Ha-yeon yang memegang gelar Master Kimchi dari Kementerian Pertanian, mengatakan inti kubis kini gampang “membusuk, dan akarnya menjadi lembek”.
“Jika ini terus berlanjut, maka di musim panas kita mungkin harus berhenti mengonsumsi kimchi kubis,” kata Lee.
Data dari badan statistik pemerintah menunjukkan luas lahan kubis dataran tinggi yang ditanami tahun lalu, kurang dari setengahnya dari 20 tahun lalu. Sekitar 3.995 hektar dibandingkan dengan 8.796 hektar.
Menurut Administrasi Pembangunan Pedesaan, lembaga pemikir pertanian negara bagian, skenario perubahan iklim memproyeksikan lahan pertanian akan menyusut drastis dalam 25 tahun ke depan menjadi hanya 44 hektar. Kubis bahkan akan hilang di dataran tinggi pada tahun 2090.
Para peneliti menyebutkan suhu yang lebih tinggi, hujan lebat yang tidak dapat diprediksi, dan hama yang menjadi lebih sulit dikendalikan di musim panas yang lebih hangat dan lebih panjang sebagai penyebab penyusutan panen. Infeksi jamur yang membuat tanaman layu juga sangat menyusahkan bagi petani karena baru terlihat jelas saat mendekati masa panen.
Hal ini juga terlihat dari pohon pisang di Korsel. Pohon yang biasanya tumbuh subur di daerah tropis itu kini muncul di Korsel.
Mengutip laman yang sama, ini setidaknya terjadi di lahan petani Korsel Ma Myung-sun. Suhu yang lebih hangat akibat perubahan iklim telah menghasilkan kejutan yang dalam bentuk bunga dan buah pisang di ladangnya.
“Saya merasa krisis iklim telah menjadi sangat serius,” katanya.
Korsel terletak di zona beriklim sedang dan memiliki empat musim yang berbeda. Tetapi iklimnya tampak semakin hangat dan basah sepanjang tahun.
Sejak 2012, suhu tahunan rata-rata telah menunjukkan tren pemanasan yang berkelanjutan, Badan Meteorologi Korea mengatakan dalam sebuah laporan, mencatat bahwa suhu rata-rata tahun lalu sebesar 13,7 derajat Celsius (57°F) adalah yang tertinggi sejak pencatatannya dimulai pada tahun 1973.
Curah hujan selama musim hujan tahun lalu adalah 660,2 mm (26 inci) secara nasional, hampir dua kali lipat dari angka rata-rata tahunan 356,7 mm.