
ReforMiner Institute, lembaga riset independen bidang energi, menyebutkan efek dari melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (US$) dan tingginya harga minyak mentah Indonesia (ICP) saat ini akan berpengaruh pada penentuan harga jual Bahan Bakar Minyak (BBM), khususnya BBM non subsidi, pada Agustus mendatang.
Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro mengatakan, penentuan harga BBM pada bulan depan didasarkan pada fluktuasi dari beberapa faktor penentu seperti ICP dan kurs selama 1-1,5 bulan sebelumnya.
“Jadi Juli (ICP dan kurs) naik sekarang, mungkin nanti akan baru terpresentasi di Agustus. Jadi mereka kan pengadaannya sekarang ini, tapi nanti pelepasan harganya nanti. Jadi karena menghitung harga rata-rata berdasarkan harga ke belakang,” jelas Komaidi kepada CNBC Indonesia, Senin (01/07/2024).
Komaidi mengatakan, hal itu sudah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
“Dan ini kan mengacu pada ketentuan regulasi yang ada Permen (Peraturan Menteri) ESDM mengenai harga acuan BBM dalam negeri, mekanisme menghitungnya menggunakan rata-rata harga minyak (ICP) dan nilai tukar rupiah dalam beberapa waktu ke belakang untuk yang sekarang,” jelasnya.
Kondisi ini pula yang menyebabkan harga BBM pada 1 Juli 2024 ini malah mengalami penurunan harga, meski di tengah melemahnya kurs dan meningkatnya ICP, pada saat ini.
Dia menilai, turunnya harga BBM non subsidi oleh badan usaha penyalur BBM swasta per 1 Juli 2024 ini karena perhitungan untuk menentukan harga BBM saat ini menggunakan kurs rupiah dan ICP pada 1-1,5 bulan yang lalu.
“Kalau penentuan harga BBM di dalam negeri kan menggunakan acuan rata-rata harga minyak dan nilai tukar rupiah kira-kira 1-1,5 bulan ke belakang. Artinya memang harga yang berlaku di Juli kan basisnya adalah harga di Mei dan Juni jadi memang tidak head to head,” tandasnya.
Seperti diketahui, kurs rupiah terhadap dolar AS tengah melemah beberapa pekan terakhir. Sejak pertengahan Mei 2024, kurs rupiah terus melemah, dari Rp 15.920 per US$ pada 16 Mei 2024, lalu semakin melemah pada 27 Mei Rp 16.060 per US$, dan bahkan pada 21 Juni 2024 lalu sempat menyentuh level terendah Rp 16.445 per US$.
Begitu juga dengan harga minyak. Harga minyak mentah dunia kini masih berada di level US$ 85-86 per barel. Sejak awal Juni 2024, harga minyak mentah Brent di level US$ 77,52 per barel, kemudian kian meningkat di mana pada 24 Juni 2024 harga minyak mentah Brent di level US$ 86,01 per barel.