Gempa besar megathrust hingga saat ini masih menjadi topik yang hangat di tengah masyarakat Indonesia, karena gempa ini berpotensi memiliki kekuatan yang sangat besar dan disebut ‘tinggal tunggu waktu’ sebelum kejadian.
Pembahasan ini terjadi setelah Jepang kembali dilanda gempa besar di Nankai dengan kekuatan 7,1 Skala Richter (SR) pada 8 Agustus lalu. Sejak saat itu hingga kini, pembahasan gempa besar terus menjadi topik yang hangat di Indonesia karena mereka khawatir bahwa gempa ini dapat terjadi kapan saja.
Untuk diketahui, gempa megathrust adalah gempa bumi yang sangat besar yang terjadi di zona subduksi, wilayah tempat salah satu lempeng tektonik bumi terdorong di bawah lempeng lainnya.
Kedua lempeng biasanya terus bergerak mendekati satu sama lain, tetapi menjadi “terjebak” di tempat mereka bersentuhan. Akhirnya, penumpukan regangan melebihi gesekan antara kedua lempeng dan gempa megathrust yang besar terjadi.
Zona megathrust bukanlah hal baru. Di Indonesia, zona sumber gempa ini sudah ada sejak jutaan tahun lalu saat terbentuknya rangkaian busur kepulauan Indonesia.
Zona ini berada di zona subduksi aktif, seperti Subduksi Sunda mencakup Sumatra, Jawa, Bali, Lombok, dan Sumba, Subduksi Banda, Subduksi Lempeng Laut Maluku, Subduksi Sulawesi, Subduksi Lempeng Laut Filipina, dan subduksi Utara Papua.
Ini Wilayah di Indonesia yang Berpotensi Dilanda Gempa Megathrust
Di Indonesia sendiri, ada beberapa wilayah yang perlu diwaspadai, di mana Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) saat ini tengah memantau wilayah tersebut karena ada potensi dilanda gempa yang cukup besar.
Adapun wilayah tersebut yakni segmen Megathrust Mentawai-Suberut di Pulau Mentawai dan pesisir barat Sumatera Utara dan Megathrust Selat Sunda, di mana keduanya terakhir mengalami gempa lebih dari ratusan tahun lalu.
Dengan potensinya yang cukup besar, maka masyarakat yang berada di wilayah sekitar zona megathrust tersebut perlu berhati-hati, tetapi jangan terlalu panik.
Tak hanya dua zona megathrust tersebut, masih ada sekitar 11 zona megathrust yang berpotensi juga menyebabkan gempa besar.
Berdasarkan peta tersebut, sampai saat ini setidaknya ada 13 megathrust yang tersebar di Indonesia. Beberapa di antaranya mengalami pecah segmen hingga membentuk segmen yang baru, seperti Segmen Mentawai yang dibagi menjadi Segmen Mentawai-Siberut dan Segmen Mentawai-Pagai, di mana keduanya berada di dekat Pulau Mentawai dan pesisir barat Sumatera Utara.
Ada juga segmen Jawa yang dibagi menjadi tiga segmen, yakni segmen Selat Sunda-Banten, Segmen Jawa Barat, dan Segmen Jawa Tengah-Jawa Timur.
Berikut wilayah-wilayah yang berpotensi dilanda gempa besar
Secara historis, Indonesia pernah mengalami gempa besar bahkan tembus 9 SR yang pernah terjadi di Aceh pada Desember 2004.
Terjadi sebuah gempa dahsyat yang melanda Aceh. Gempa berkekuatan 9,3 SR ini menyebabkan serangkaian tsunami dahsyat di sepanjang daratan yang berbatasan langsung dengan Samudra Hindia. Aceh merupakan daerah yang terkena dampak paling parah selain Sri Lanka, Thailand, dan India.
Banyak korban jiwa dalam bencana ini, bahkan sampai menyentuh pada angka 170.000 jiwa. Oleh karena itu, Museum Tsunami Aceh dibuat untuk mengenang korban dari tsunami Aceh tersebut, sekaligus tempat edukasi dan pusat evakuasi ketika bencana.
Masyarakat Tak Perlu Khawatir Berlebih
Sebelumnya, BMKG sudah memprediksi gempa besar yang melandai Nankai di Jepang Selatan. Hal ini disampaikan oleh Kepala Pusat Gempa bumi dan Tsunami BMKG Daryono.
“Hasil pemodelan tsunami oleh BMKG menunjukkan adanya status ancaman ‘waspada’ dengan tinggi tsunami kurang dari setengah meter dan akhirnya terkonfirmasi, memang tsunami terjadi di Pantai Miyazaki Jepang dengan ketinggian 31 cm dan tidak merusak,” kata Daryono, dikutip dari rilis yang diterimaCNBC Indonesia, Minggu (11/8/2024).
Daryono mengatakan kekhawatiran ilmuwan Jepang terhadap Megathrust Nankai saat ini sama persis yang dirasakan dan dialami oleh ilmuwan Indonesia, khususnya terhadap Seismic Gap Megathrust Selat Sunda (M8,7) dan Megathrust Mentawai-Suberut (M8,9).
Namun demikian masyarakat di Indonesia tidak perlu khawatir karena apa yang terjadi di Jepang dapat dipantau secarareal timeoleh BMKG.
“Tak perlu khawatir karena kami dapat analisis dengan cepat termasuk memodelkan tsunami yang bakal terjadi dan dampaknya menggunakan system InaTEWS (Indonesia Tsunami Early Warning System), sehingga BMKG akan segera menyebarluaskan informasi gempabumi dan peringatan dini tsunami di seluruh wilayah Indonesia, khususnya wilayah Indonesia bagian utara,” ujar Daryono.
Sebagai langkah antisipasi dan mitigasi, BMKG sudah menyiapkansystem monitoring, prosesing dan diseminasi informasi gempa bumi dan peringatan dini tsunami yang semakin cepat dan akurat.
Sejauh ini BMKG telah memberikan edukasi, pelatihan mitigasi,drill, evakuasi, berbasis pemodelan tsunami kepada pemerintah daerah,stakeholder, masyarakat, pelaku usaha pariwisata pantai, industri pantai dan infrastruktur kritis (pelabuhan dan bandara pantai).