Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau berhasil menguat pada perdagangan sesi I Jumat (30/8/2024), di tengah tumbuhnya perekonomian Amerika Serikat (AS) pada kuartal II-2024 berdasarkan data perkiraan kedua.
Hingga pukul 11:30 WIB, IHSG menguat 0,41% ke posisi 7.658,98. Meski menguat, tetapi IHSG masih berada di level psikologis 7.600.
Nilai transaksi indeks pada sesi I hari ini sudah mencapai sekitar Rp 4,8 triliun dengan melibatkan 10 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 632.439 kali. Sebanyak 300 saham menguat, 269 saham terkoreksi, dan 211 saham cenderung stagnan.
Saham perbankan yang tergabung dalam Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) yakni PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) menjadi penopang terbesar IHSG di sesi I hari ini, yakni mencapai 7,1 indeks poin.
Berikut daftar saham yang menjadi penopang atau movers IHSG pada sesi I hari ini.
IHSG cenderung kembali menguat di tengah pelaku pasaryang cenderung merespons dari rilis data perkiraan kedua pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal II-2024.
Biro Analisis Ekonomi Departemen Perdagangan AS melaporkan data perkiraan kedua ekonomi AS pada kuartal II-2024 tumbuh 3% pada tingkat tahunan, direvisi naik dari tingkat 2,8% pada perkiraan pertama yang dilaporkan bulan lalu.
Selain itu, data klaim pengangguran AS untuk periode pekan yang berakhir 24 Agustus turun menjadi 231.000 yang disesuaikan secara musiman untuk minggu yang berakhir pada 24 Agustus.
Ekonom yang disurvei oleh Reuters telah memperkirakan 232.000 klaim untuk minggu terakhir. Klaim telah turun dari level tertinggi dalam 11 bulan pada akhir Juli karena distorsi dari penutupan sementara pabrik kendaraan bermotor untuk perbaikan model baru dan dampak Badai Beryl memudar.
Biro Statistik Tenaga Kerja Departemen Tenaga Kerja AS pada pekan lalu memperkirakan bahwa pertumbuhan lapangan kerja dilebih-lebihkan sebanyak 68.000 pekerjaan per bulan dalam 12 bulan hingga Maret.
Saat ini, pasar menanti rilis data inflasi personal atau indeks harga konsumen (IHK) personal consumption expenditure (PCE) AS periode Juli 2024 yang akan dirilis pada malam hari ini waktu Indonesia.
Konsensus pasar dalam Trading Economics memperkirakan inflasi PCE AS pada bulan lalu tidak banyak berubah atau masih sama seperti pada Juni lalu yakni tumbuh 2,5% secara tahunan (year-on-year/yoy). Sedangkan secara bulanan (month-to-month/mtm), inflasi PCE AS diperkirakan naik sedikit menjadi 0,2%.
Jika benar demikian, maka ‘amunisi’ The Fed untuk memangkas suku bunga acuannya pada September mendatang cukup besar.
Sebelumnya pada Simposium Jackson Hole, Wyoming Jumat lalu, Ketua The Fed Jerome Powell memberikan sinyal bahwa pemangkasan suku bunga mungkin segera dilakukan, meskipun ia tidak memberikan indikasi pasti mengenai waktu atau besaran pemangkasan tersebut.
Hingga saat ini, survei CME FedWatch Tool menunjukkan 65,5% pelaku pasar berekspektasi terjadi penurunan suku bunga The Fed sebesar 25 basis poin (bps), Sementara 34,5% sisanya justru berekspektasi terjadi penurunan suku bunga yang lebih besar yakni 50 bp.
Lebih lanjut pemangkasan pada September diperkirakan tidak akan terjadi sekali pada sisa akhir tahun ini. Namun juga akan diikuti pemangkasan pada November dan Desember. Masing-masing 25 bps dan 50 bps. Sehingga pada akhir tahun diperkirakan suku bunga The Fed akan berada di target 4,25% hingga 4,5% atau turun sebesar 100 bp.