Iran mengutuk keras Barat. Negeri itu bahkan menyebut Inggris, Prancis, dan Jerman melakukan “terorisme” ke negaranya.
Hal ini terjadi setelah ketiga negara Eropa itu menerapkan sanksi baru ke Iran. Ini akibat rudal jarak pendek Teheran dipakai Rusia untuk menyerang Ukraina.
“Tindakan ketiga negara Eropa ini merupakan kelanjutan dari kebijakan permusuhan Barat dan terorisme ekonomi terhadap rakyat Iran,” kata juru bicara kementerian luar negeri Nasser Kanani dalam sebuah pernyataan Selasa malam, dikutip Rabu (11/9/2024)
“Mereka akan menghadapi tindakan yang tepat dan proporsional dari Republik Islam Iran,” katanya melansir AFP.
Perlu diketahui Inggris, Prancis dan Jerman memang mendukung Ukraina dalam perang Kyiv dan Moskow. Ketiga negara itu, bersama negeri NATO lain, bahkan menyumbang sejumlah senjata untuk Ukraina menggempur Rusia.
Senjata Barat pun digunakan pasukan pemerintah Presiden Volodymyr Zelensky untuk menginvasi Rusia, tepatnya di wilayah Kursk, sejak 6 Agustus. Ini kemudian dibalas bombardir ratusan drone oleh pemerintah Presiden Vladimir Putin dalam beberapa pekan terakhir.
Akhir pekan kemarin, Amerika Serikat (AS) dan sekutu menemukan fakta bahwa Iran telah memberikan rudal jenis Fath-360 (BM-120) yang relatif baru ke negara Putin. Di mana 200 lebih rudal telah dikirim ke pelabuhan Laut Kaspia Rusia.
Hal ini membuat Barat meradang. Inggris, Prancis dan Jerman lalu mengumumkan bahwa mereka akan mengambil langkah-langkah untuk membatalkan perjanjian layanan udara dengan Iran dan memberi sanksi ke maskapai Iran Air.
“Klaim apa pun bahwa Republik Islam Iran telah menjual rudal balistik ke Federasi Rusia sama sekali tidak berdasar dan salah,” kata Kanani lagi.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan pasokan rudal Iran akan memungkinkan Rusia untuk menggunakan lebih banyak gudang senjata untuk target yang lebih jauh dari garis depan di Ukraina. Blinken juga menuding puluhan personel militer Rusia telah berlatih di Iran dalam menggunakan rudal yang memiliki jangkauan 19 hingga 75 mil.
“Perkembangan ini, mengancam keamanan Eropa dan menunjukkan bagaimana pengaruh destabilisasi Iran mencapai jauh melampaui Timur Tengah,” katanya.
Sementara itu, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menepis tuduhan Barat. Menurutnya sebagaimana dimuat The Washington Post, “tidak setiap saat informasi semacam ini sesuai dengan kenyataan”.
Sebenarnya, Iran sendiri terlibat kuat di dalam konflik Timur Tengah. Di mana negeri itu memasok persenjataan ke proksinya, Hizbullah di Lebanon dan Houthi di Yaman, untuk menghadapi Israel.
AS dan negara-negara Barat lain telah berfokus untuk menahan Iran guna menghindari eskalasi menuju perang regional di Arab. Sejauh ini upaya tersebut cukup berhasil bahkan di tengah terus meningkatnya jumlah korban sipil di Gaza, sebab yang membuat proksi Iran menyerang Israel hingga kini.